BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Judul Praktikum : Bandul
1.2 Tanggal Praktikum : 05 Oktober 2012
1.3 Tujuan Percobaan :
1. Mempelajari osilasi bandul matematis.
2. Menghitung
percepatan gravitasi bumi dengan bandul matematis.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian
Bandul
Bandul adalah benda yang terikat pada sebuah tali dan
dapat berayun secara bebas dan periodik yang menjadi dasar kerja dari sebuah
jam dinding kuno yang mempunyai ayunan. Dalam bidang fisika, prinsip ini
pertama kali ditemukan pada tahun 1602 oleh Galileo Galilei, bahwa perioda
(lama gerak osilasi satu ayunan, T) dipengaruhi oleh panjang tali dan
percepatan gravitasi.
Gerak osilasi (getaran) yang populer adalah gerak
osilasi pendulum (bandul). Pendulum sederhana terdiri dari seutas tali ringan
dan sebuah bola kecil (bola pendulum) bermassa m yang digantungkan pada ujung
tali, gaya gesekan udara kita abaikan dan massa tali sangat kecil sehingga
dapat diabaikan relatif terhadap bola. Dengan bandulpun kita dapat mengeahui
grafitasi di tempat bandul tersebut diuji.
Bandul sederhana adalah sebuah benda kecil, biasanya
benda berupa bola pejal, digantungkan pada seutas tali yang massanya dapat
diabaikan dibandingkan dengan massa bola dan panjang bandul sangat besar
.dibandingkan dengan jari-jari bola. Ujung lain tali digantungkan pada suatu
penggantung yang tetap, jika bandul diberi simpangan kecil. dan kemudian
dilepaskan, bandul akan berosilasi (bergetar) di antara dua titik, misalnya
titik A dan B, dengan periode T yang tetap. Seperti sudah dipelajari pada
percobaan mengenai, getaran, satu getaran (1 osilasi) didefinisikan sebagai
gerak bola dari A ke B dan kembali ke A, atau dari B ke A dan kembali ke B,
atau gerak dari titik a ke A ke B dan kembali ke titik O.
Ada beberapa parameter (atau variabel) pada bandul, yaitu periodenya (T), ), massa bandul (m), dan simpangan sudut (O) panjangnya (l ).
Ada beberapa parameter (atau variabel) pada bandul, yaitu periodenya (T), ), massa bandul (m), dan simpangan sudut (O) panjangnya (l ).
(Sumber : Giancoli.
2001. Física Edisi relima, Jilid 2. Erlangga.)
2.2 Gerak Osilasi
Gerak osilasi (getaran) yang populer adalah gerak
osilasi pendulum (bandul). Pendulum sederhana terdiri dari seutas tali ringan
dan sebuah bola kecil (bola pendulum) bermassa m yang digantungkan pada ujung
tali, sebagaimana tampak pada gambar di bawah. Dalam menganalisis gerakan
pendulum sederhana, gaya gesekan udara kita abaikan dan massa tali sangat kecil
sehingga dapat diabaikan relatif terhadap bola. Gaya yang bekerja pada bola
adalah gaya berat (w = mg) dan gaya tegangan tali FT. Gaya berat memiliki
komponen mg cos teta yang searah tali dan mg sin teta yang tegak lurus tali.
Pendulum berosilasi akibat adanya komponen gaya berat mg sin teta. Karena tidak
ada gaya gesekan udara, maka pendulum melakukan osilasi sepanjang busur
lingkaran dengan besar amplitudo tetap sama.Hubungan antara panjang busur x
dengan sudut teta dinyatakan dengan persamaan :
x = L Ө
(ingat bahwa
sudut teta adalah perbandingan antara jarak linear x dengan jari-jari lingkaran
(r) jika dinyatakan dalam satuan radian. Karena lintasan pendulum berupa
lingkaran maka kita menggunakan pendekatan ini untuk menentukan besar
simpangannya. Jari-jari lingkaran pada kasus ini adalah panjang tali L)
Periode Bandul sederhana dapat kita tentukan menggunakan persamaan :
T = 2
Dimana
:
T
= priode
l = panjang tali
g = gravitasi bumi
Frekunsi
Bandul Sederhana
F
=
F
=
F
=
T
adalah periode, f adalah frekuensi, L adalah panjang tali dan g adalah percepatan
gravitasi.Berdasarkan persamaan di atas, tampak bahwa periode dan frekuensi
getaran pendulum sederhana bergantung pada panjang tali dan percepatan
gravitasi. Karena percepatan gravitasi bernilai tetap, maka periode sepenuhnya
hanya bergantung pada panjang tali (L). Dengan kata lain, periode dan frekuensi
pendulum tidak bergantung pada massa beban alias bola pendulum. Anda dapat dapat
membuktikannya dengan mendorong seorang yang gendut di atas ayunan. Bandingkan
dengan seorang anak kecil yang didorong pada ayunan yang sama.
(Sumber : Maria. 2007. Kimia dan
Kecakapan Hidup.Ganeca.)
2.3 Gerak Harmonik Sederhana
Gerak harmonik sederhana adalah gerak bolak – balik
benda melalui suatu titik keseimbangan tertentu dengan banyaknya getaran benda
dalam setiap sekon selalu konstan. Gerak Harmonik Sederhana dapat dibedakan
menjadi 2 bagian, yaitu (1) Gerak Harmonik Sederhana (GHS) Linier, misalnya
penghisap dalam silinder gas, gerak osilasi air raksa/ air dalam pipa U, gerak
horizontal / vertikal dari pegas, dan sebagainya; (2) Gerak Harmonik Sederhana
(GHS) Angular, misalnya gerak bandul/ bandul fisis, osilasi ayunan torsi, dan
sebagainya.
Telaah terhadap bunyi dan getaran sangat berkait bahkan
tidak dapat dipisahkan dengan kajian tentang ayunan atau yang disebut juga
dengan istilah osilasi. Gejala ini dalam kehidupan kita sehari-hari contohnya
adalah gerakan bandul jam, gerakan massa yang digantung pada pegas, dan bahkan
gerakan dawai gitar saat dipetik. Ketiganya merupakan contoh-contoh dari apa
yang disebut sebagai ayunan.
Beberapa Contoh Gerak Harmonik Sederhana
1. Gerak harmonik pada bandulKetika
beban digantungkan pada ayunan dan tidak diberikan gaya, maka benda akan dian
di titik keseimbangan B. Jika beban ditarik ke titik A dan dilepaskan, maka
beban akan bergerak ke B, C, lalu kembali lagi ke A. Gerakan beban akan terjadi
berulang secara periodik, dengan kata lain beban pada ayunan di atas melakukan
gerak harmonik sederhana.
2. Gerak harmonik pada pegas Semua
pegas memiliki panjang alami sebagaimana tampak pada gambar 2. Ketika sebuah
benda dihubungkan ke ujung sebuah pegas, maka pegas akan meregang (bertambah
panjang) sejauh y. Pegas akan mencapai titik kesetimbangan jika tidak diberikan
gaya luar (ditarik atau digoyang).Syarat sebuah benda melakukan Gerak Harmonik
Sederhana adalah apabila gaya pemulih sebanding dengan simpangannya. Apabila
gaya pemulih sebanding dengan simpangan x atau sudut 0 maka pendulum
melakukan Gerak Harmonik Sederhana.
Gaya pemulih pada sebuah ayunan menyebabkannya selalu
bergerak menuju titik setimbangnya. Periode ayunan tidak berhubungan dengan
dengan amplitudo, akan tetapi ditentukan oleh parameter internal yang berkait
dengan gaya pemulih pada ayunan tersebut.
Periode adalah selang waktu yang diperlukan oleh
suatu benda untuk melakukan satu getaran lengkap. Getaran adalah gerakan
bolak-balik yang ada di sekitar titik keseimbangan di mana kuat lemahnya
dipengaruhi besar kecilnya energi yang diberikan. Satu getaran frekuensi adalah satu kali gerak
bolak-balik penuh. Satu getaran lengkap adalah
gerakan dari a-b-c-b-a.
Periode ayunan Bandul adalah:
T
= 2
L = Panjang Tali
g = Percepatan Gravitasi
Untuk menentukan g kita turunkan dari rumus di
atas:
T² = 4π² * (L/g)
g = 4π² *
(L/T²)
g = 4π² * tan
α ; tan α = Δ L / T²
Periode juga dapat dicari dengan 1 dibagi dengan
frekuensi. Frekuensi adalah benyaknya getaran yang terjadi dalam kurun waktu
satu detik. Rumus frekuensi adalah jumlah getaran dibagi jumlah detik waktu.
Frekuensi memiliki satuan hertz / Hz.
(Sumber: I
Made Satriya.2007.Penuntun Praktikum Fisika Dasar (Farmasi).Bali)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1
Alat
Dan Bahan
3.1.1
Bandul matematis dan perlengkapannya
3.1.2
Stop watch
3.1.3
Mistar
3.2
Cara Kerja
3.2.1
Bandul matematis diatur dengan panjang
tali 50cm. Kemudian bandul tersebut diusahakan berada dalam keadaan seimbang.
3.2.2
Bandul tersebut diberi simpangan kecil
kemudian dilepaskan. Diusahakan agar ayunan mempunyai lintasan dalam bidang
tidak berputar.
3.2.3
Waktu yang dibutuhkan untuk 8 getaran
dicatat. Lalu percobaan tersebut diulangi sebanyak 5 kali.
3.2.4
Kemudian diulangi dengan panjang tali
yang berbeda.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
No
|
Panjang tali
|
Sudut
|
Putaran
|
Waktu
|
Periode
|
1
|
50cm
|
300
|
8 kali
|
11 s
|
2,258 s
|
50cm
|
11 s
|
||||
50cm
|
11 s
|
||||
2
|
40cm
|
300
|
8 kali
|
10 s
|
2,020 s
|
40cm
|
10 s
|
||||
40cm
|
10 s
|
||||
3
|
30cm
|
300
|
8 kali
|
9s
|
1,749 s
|
30cm
|
9s
|
||||
30cm
|
9s
|
||||
4
|
20cm
|
300
|
8 kali
|
8s
|
1,428 s
|
20cm
|
8s
|
||||
20cm
|
8 s
|
||||
5
|
10cm
|
300
|
8 kali
|
6s
|
1,010 s
|
10cm
|
6s
|
||||
10cm
|
6s
|
4.2
Pembahasan
Pada percobaan diatas dengan panjang tali yang sama memiliki hasil yang
sama pada perhitungan waktu dalam satu putaran bandul.Hal ini disebabkan
percepatan yang diberikan pada bandul bernilai sama, begitu pula pada simpangan
yang diberikan.
Ketika panjang tali dirumah maka waktu yang diperoleh dalam satu putaran
bandul akan semakain cepat.Sehingga dapat disimpulkan semakin rendah tali yang di pakai
semakin cepat waktu yang dibutuhkan beban untuk mencapai satu putaran penuh.Kemudian
gravitasi akan sangat berpengaruh dalam penentuan jumlah prioda pada bandul.
BAB V
KESIMPULAN.
1. Dengan melakukan percobaan diatas
kita dapat mengetahui berapa pengaruhnya kecepatan gravitasi pada kehidupan
sehari – hari.
2. Semakin pendek tali maka akan
semakin sedikit pula waktu yang diperlukan dalam satu putaran bandul.
3. .Dengan melakukan percobaan diatas
kita dapat mengetahui berapa pengaruhnya kecepatan gravitasi pada kehidupan
sehari – hari
DAFTAR PUSTAKA
1. Giancoli, Douglas C. 2001. Física Edisi
relima, Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
2.
Suharsini, Maria, dkk. 2007. Kimia
dan Kecakapan Hidup. Jakarta: Ganeca.
3.
Wibawa, I Made Satriya. 2007. Penuntun
Praktikum Fisika Dasar (Farmasi). BaliLAMPIRAN II.Perhitungan
LAMPIRAN III.TUGAS
1.
Apakah osilasi bandul matimatis memenuhi
keadaan gerak harmonis sederhana?jelaskan
2.
Buatlah grafik hubungan periode (T)
dengan panjang tali (I)
Jawaban:
1. Menurut
saya ya, osilasi bandul matematis telah memenuhi gerak sederhana karena telah
melakukan getaran penuh sampai 8 kali dengan gesekan di udara dan massa tali
yang diabaikan.
2. Grafik
.
PRETES
1. Terangkan
keadaan osilasi bandul matematis
Jawaban:
jika sebuah benda kecil dengan berat kita gantungkan pada sebuah tali
penggantung (ringan tidak mulur) dan berayun dengna rangam selaras
2. Buktikan
persamaan (4.1)
Jawaban: + g sin
: + g
: + = 0
:=
:w =
: =
: T = 2
Hubungan antara tegangan arus dan hambatan ini disebut hukum Ohm.Ditemukan oleh George Simon Ohm dan dipublikasikan pada sebuah paper pada tahun 1820. The Galvanic Circuit Investigated Mathematically. Prinsip Ohm ini adalah besarnya arus listrik yang mengalir melalui sebuah penghantar metal pada rangkain, Ohm menentukan sebuah persamaan yang simple menjelaskan hubungan antara tegangan, arus dan hambatan yang saling hubungan.
E=I.R
I=E/R
R=I/E
2.4 Rangkaian Seri
R = R₁ + R₂ + ....Rn ∆V₁ = R₁ . I
Dalam rangkaian seri, tahanan-tahanan tersebut dihubungkan sedemikian rupa seperti pada gambar sehingga arus I yang sama mengalir pada setiap tahanan. Pada rangkaian seri kuat arus (I) yang melalui masing-masing tahanan yang besar tegangan (V) berbanding terbalik dengan hambatan (R). Hal ini sesuai dengan hukum ohm.(Keith,1996)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Judul Praktikum : Daya Listrik
1.2 Tanggal Praktikum : 05 Oktober 2012
1.3 Tujuan Percobaan : Mempelajari hubungan Tegangan pada
Daya
listik.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1 Penjelasan
Daya Listrik.
Pada Sistem pengapian magneto terdapat
beberapa kekurangan, yaitu:
1. Kumparan pengapian yang dipakai haruslah
mempunyai nilai Induktansi yang besar, sehingga unjuk kerjanya di putaran
tinggi mesin kurang memuaskan.
2. Bentuk fisik kumparan pengapian yang dipakai
relatif besar.
3. Pemakaian kontak pemutus (breaker contact) menuntut perawatan dan penggantian komponen
tersendiri.
4. Membutuhkan Pencatu daya yang mempunyai keluaran
dengan Beda potensial listrik yang relatif rendah dan Kuat arus listrik yang
relatif besar. Hal ini menuntut pemakaian komponen penghubung yang mempunyai
nilai Resistansi serendah mungkin.
Listrik Arus bolak-balik listrik AC (alternating current) adalah arus listrik
dimana besarnya dan arahnya arus berubah-ubah secara bolak-balik.
Berbeda dengan listrik arus searah dimana arah arus
yang mengalir tidak berubah – ubah dengan waktu. Bentuk gelombang dari listrik
arus bolak-balik biasanya berbentuk gelombang sinusoida, karena ini yang
memungkinkan pengaliran energi yang paling efisien. Namun dalam aplikasi-aplikasi
spesifik yang lain, bentuk gelombang lain pun dapat digunakan, misalnya bentuk
gelombang segitiga (Triangular Wave)
atau bentuk gelombang segi empat (Square
Wave). Secara umum, listrik bolak-balik berarti penyaluran listrik dari
sumbernya (misalnya PLN) ke kantor-kantor atau rumah-rumah penduduk. Namun ada
pula contoh lain seperti sinyal-sinyal radio atau audio yang disalurkan melalui
kabel, yang juga merupakan listrik arus bolak-balik. Di dalam aplikasiaplikasi
ini, tujuan utama yang paling penting adalah pengambilan informasi yang
termodulasi atau terkode di dalam sinyal arus bolak-balik tersebut. (Baylis,.
2001)
2.2
Pengertian Daya Listrik
Daya listrik didefinisikan sebagai laju
hantaran energi listrik dalam rangkaian listrik. Satuan SI daya listrik adalah
watt. Arus listrik yang mengalir dalam rangkaian dengan hambatan listrik
menimbulkan kerja. Peranti mengkonversi kerja ini ke dalam berbagai bentuk yang
berguna, seperti panas (seperti pada pemanas listrik), cahaya (seperti pada
bola lampu), energi kinetic (motor listrik), dan suara (loudspeaker). Listrik
dapat diperoleh dari pembangkit listrik atau penyimpan energi seperti baterai. (Johnson, Keith)
2.3
Energi Listrik.
Energi listrik merupakan suatu bentuk energi yang berasal dari sumber
arus. Energi listrik dapat diubah menjadi bentuk lain, misalnya:
1. Energi listrik menjadi energi kalor
/ panas, contoh: seterika, solder, dan kompor listrik.
2. Energi listrik menjadi energi
cahaya, contoh: lampu.
3. Energi listrik menjadi energi
mekanik, contoh: motor listrik.
4. Energi listrik menjadi energi kimia,
contoh: peristiwa pengisian accu, peristiwa penyepuhan (peristiwa melapisi
logam dengan logam lain).
Jika arus listrik mengalir pada
suatu penghantar yang berhambatan R, maka sumber arus akan mengeluarkan energi
pada penghantar yang bergantung pada:
1. Beda potensial pada ujung-ujung
penghantar (v)
2. Kuat arus yang mengalir pada
penghantar (I).
3. Waktu atau lamanya arus mengalir
(t).
Berdasarkan pernyataan di atas, dan
karena harga V = R.i, maka persamaan energi listrik dapat dirumuskan dalam
bentuk:
W = V.i.t =(R.i).i.t
W = i2.R.t (dalam satuan watt-detik).
dan karena i = V/R, maka persamaan
energi listrik dapat pula dirumuskan dengan:
W
= i2.R.t = (V/R.R.t
W = V.t/R (dalam satuan watt-detik).
W = V.t/R (dalam satuan watt-detik).
Keuntungan menggunakan energi listrik:
a.Mudah diubah menjadi energi bentuk
lain
b. Mudah ditransmisikan.
c. Tidak banyak menimbulkan polusi/ pencemaran lingkungan.
b. Mudah ditransmisikan.
c. Tidak banyak menimbulkan polusi/ pencemaran lingkungan.
.2.4
Arus Listrik
Adalah mengalirnya elektron secara terus menerus dan
berkesinambungan pada konduktor akibat perbedaan jumlah elektron pada beberapa
lokasi yang jumlah elektronnya tidak sama. satuan arus listrik adalah Ampere. Arus listrik bergerak dari terminal
positif (+) ke terminal negatif (-), sedangkan aliran listrik dalam kawat logam
terdiri dari aliran elektron yang bergerak dari terminal negatif (-) ke
terminal positif(+), arah arus listrik dianggap berlawanan dengan arah gerakan
elektron.
2.5 Kuat Arus listrik
Adalah
arus yang tergantung pada banyak sedikitnya elektron bebas yang pindah melewati
suatu penampang kawat dalam satuan waktu.
Definisi
: “Ampere adalah satuan kuat arus listrik yang dapat memisahkan 1,118 milligram
perak dari nitrat perak murni dalam satu detik”.
Rumus
– rumus untuk menghitung banyaknya muatan listrik, kuat arus dan waktu:
Q
= I x t I = Q/t t=Q/I
Dimana:
Q = Banyaknya muatan listrik dalam satuan coulomb
I = Kuat Arus dalam satuan Amper.
t = waktu dalam satuan detik.
Dimana:
Q = Banyaknya muatan listrik dalam satuan coulomb
I = Kuat Arus dalam satuan Amper.
t = waktu dalam satuan detik.
Kuat arus listrik biasa juga disebut dengan arus
listrik
muatan listrik memiliki
muatan positip dan muatan negatif.
Muatan positip dibawa oleh proton,
dan muatan negatif dibawa oleh elektro. Satuan muatan coulomb (C), muatan
proton +1,6 x 10-19C, sedangkan muatan elektron -1,6x 10-19C.
Muatan yang bertanda sama saling tolak menolak, muatan bertanda berbeda saling
tarik menarik.
2.5 Tahanan dan Daya Hantar Penghantar
Penghantar
dari bahan metal mudah mengalirkan arus listrik, tembaga dan aluminium memiliki
daya hantar listrik yang tinggi. Bahan terdiri dari kumpulan atom, setiap atom
terdiri proton dan elektron. Aliran arus listrik merupakan aliran elektron.
Elektron bebas yang mengalir ini mendapat hambatan saat melewati atom
sebelahnya. Akibatnya terjadi gesekan elektron denganatom dan ini menyebabkan
penghantar panas. Tahanan penghantar memiliki sifat menghambat yang terjadi
pada setiap bahan.
Tahanan didefinisikan sebagai berikut :
Tahanan didefinisikan sebagai berikut :
“1 Ω (satu Ohm) adalah tahanan satu kolom air raksa
yang panjangnya 1063 mm dengan penampang1mm² pada temperatur 0° C"
Daya hantar didefinisikan sebagai berikut:
“Kemampuan penghantar arus atau daya hantar arus sedangkan penyekat atau isolasi adalah suatu bahan yang mempunyai tahanan yang besar sekali sehingga tidak mempunyai daya hantar atau daya hantarnya kecil yang berarti sangat sulit dialiri arus listrik’’
Rumus untuk menghitung besarnya tahanan listrik terhadap daya hantar arus:
R = 1/G G = 1/R
“Kemampuan penghantar arus atau daya hantar arus sedangkan penyekat atau isolasi adalah suatu bahan yang mempunyai tahanan yang besar sekali sehingga tidak mempunyai daya hantar atau daya hantarnya kecil yang berarti sangat sulit dialiri arus listrik’’
Rumus untuk menghitung besarnya tahanan listrik terhadap daya hantar arus:
R = 1/G G = 1/R
Dimana:
R = Tahanan/resistansi(ohm)
R = Tahanan/resistansi(ohm)
G = Daya hantar arus /konduktivitas
(Fatt,
2003)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1
Alat Dan Bahan
1.
Batrai 2 buah
2.
Volt meter
3.
Kabel penghubung
4.
Power supply
3.2
Cara Kerja
1.
Kabel
penghubung dipasang ke volt meter
2.
Kemudian
ambil batre kemudian dihubungkan ke kabel penghubung .
3.
Ujung-ujung
batre dihubung kan ke kabel penghubung ke volt meter kemudian di hubungka ke
power supply satu ketanda positif dan yang ujung satunya lagi ke tanda
negative.
4.
Kemudian
diambil data dan mengamati tegangan pada volt meter .
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
No
|
Tegangan (Volt)
|
Kuat arus (Ampere)
|
Hambatan (Ω)
|
Daya (Watt)
|
1
|
1,5
|
0,05
|
30
|
0,775
|
2
|
3,105
|
0,05
|
62,1
|
0,155
|
3
|
4,5
|
0,05
|
90
|
0,225
|
4
|
6
|
0,05
|
120
|
0,3
|
5
|
7,5
|
0,05
|
150
|
0,375
|
4.2 Pembahasan
Dengan melakukan percobaan diatas
kita dapat mengetahui bahwa jika beda potensialnya 1,5 volt dan dialiri arus
sebesar 0,05 ampere akan menghasilkan 0,075 watt. Dan begitu juga halnya jika
beda potensialnya 3,105 volt dan dialiri arus sebesar 0,05 ampere akan
menghasilkan 0,155 watt. Maka kedua hal
tersebut dapat kita simpulkan bahwa Semakin besar hambatanya maka semakin besar
beda potensial yang dihasilkan dan semakin besar daya yang diberikan.
BAB V
KESIMPULAN
1.
Tegangan
(beda potensial) diukur menggunakan alat volt meter.
2.
Kuat
Arus yang diberikan pada setiap baterai bernilai sama.
3.
Daya
berbanding lurus dengan kuat arus pangkat dua dan berbanding terbalik dengan
hambatan.
4.
Dapat
disimpulkan dari percobaan diatas merupakan rangkaian seri dikarenakan kuat
arus yang sama. Seperti pada persamaan pada rangkaian seri :
I1=I2=I3=I...
DAFTAR PUSTAKA
1. Baylis,
D. Booth, G. McDuell, B. 2001. Science,
2nd Edition.
London : Letts Educational
2. Fatt,
C.K. 2003. Science Adventure.
Singapore : Federal Publication.
3.
Johnson, Keith.
1996. Physics for you. Cheltenham :
Stanley Thornes
PERHITUNGAN
V=IR; 1,5 V= 0,05 A x R; R=30Ω.
Untuk mencari daya dapat dihitung menggunakan
persamaan
P= I²R; P= (0,05V)² x 31Ω; P=0,075watt.
Ketika tegangan diperbesar menjadi 3,105 V
dan kuat arus 0,05 A maka:
P = (0,05V)² x 62,1Ω; P =0,155 watt.
Ketika tegangan 4,5 V, kuat arus 0,05 A maka:
P= (0,05V)² x 90 Ω; P =0,225 watt.
Pada tegangan 6 V, kuat arus 0,05 A maka:
P = (0,05V)² x 120Ω; P =0,3watt.
Jika tegangan 7,5V dan kuat arus 0,05 A,
maka:
P = (0,05V)² x 150Ω; P =0,375 watt.
TUGAS
1. Buatlah
grafik hubungan antara tegangan sumber (Vs) dengan daya total (Ptot)
dari data bagian A dan jelaskan!
Jawab
:
Diketahui
P
= 5
V
=220
Maka,
R
lampu = V2/P
=(220)2/5W
=9680W
Ptot =
Vs/R ab
= (220)
2/9680W
= 5
Semakin besar tegangan maka akan semakin besar pula
daya totalnya.
2. Pernyataan
sama dengan No.1 tetapi data dari bagian B!
P = 10 W
V =220
Maka,
R lampu
= V2/P
=(220)2/10W
=4840W
Ptot =
Vs/R ab
= (220) 2/4840W= 10W
3. Jelaskan
mengapa daya yang digunakan pada rangkaian hubungan seri berbeda dengan daya
pada hubungan paralel. Berikan alasan berdasarkan percobaan.
Jawab:
Hal ini dikarenakan
kuat arus yang diberikan pada lampu pada rangkaian seri selalu bernilai sama
sedangkan pada rangkaian paralel kuat arus berbanding lurus dengan tegangan.
4. Ditinjau
dari faktor ekonomis hubungan manakah yang lebih menghemat daya listrik.
Jawab: Hubungan
rangkaian paralel yang nilai nya lebih ekonomis. Seperti pada point 3 dapat dilihat rangkaian paralel
merupakan rangkaian yang kuat arusnya berbanding lurus dengan tegangan sehingga
dapat menghemat arus listrik lebih banyak, hal ini dapat kita lihat pada
rangkaian listrik yang lebih sering digunakan dalam rumah tangga adalah
rangkaian listrik paralel.
PRETES
1.Gambarkanlah cara
pemasangan volt meter dan Ampheremeter pada rangkaian
Jawab:
|
|
|
2. Jika
rangkaian seperti berikut.Tentukan besar hambatan totalnya
a. V
= I.R
R1 = I.V
R 1= 7A . 220 V
R 1= 1540W
b. V
= I.R
R2= I.V
R 2= 7A . 220 V
R 2= 1540W
c. R
total = R1 + R2
= 1540W
+1540W
= 3080W
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Judul Praktikum : Hukum OHM
1.2 Tanggal Praktikum : 05 Oktober 2012
1.3 Tujuan Percobaan : Mempelajari berapa tegangan diantara ujung-ujung hambatan.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1
Hukum Ohm
Hubungan antara tegangan arus dan hambatan ini disebut hukum Ohm.Ditemukan oleh George Simon Ohm dan dipublikasikan pada sebuah paper pada tahun 1820. The Galvanic Circuit Investigated Mathematically. Prinsip Ohm ini adalah besarnya arus listrik yang mengalir melalui sebuah penghantar metal pada rangkain, Ohm menentukan sebuah persamaan yang simple menjelaskan hubungan antara tegangan, arus dan hambatan yang saling hubungan.
E=I.R
I=E/R
R=I/E
Keterangan:
Arus dinyatakan dengan Ampere, bersimbol I
Arus dinyatakan dengan Ampere, bersimbol I
Hambatan dinyatakan
dengan ohm, bersimbol R
Tegangan dinyatakan
dengan volt, bersimbol V atau E
(Baylis.
2001)
2.2 Hukum Kircouff
Hukum ini dapat dinyatakan sebagai :
1. Jumlah aljabar arus sesaat yang memasuki titik cabang adalah nol.
2. Jumlah aljabar tegangan terpasang sesaat dalam suatu sosok tertutup sama dengan jumlah aljabar tegangan balik sesaat dalam sosok tersebut.
Arti dari hukum yang pertama jelas jika arus yang menuju ketitik cabang disebut positif maka arus yang berlawanan arahnya harus disebut negative, dan hukum tersebut menyatakn bahwa besarnya arus yang memasuki titik cabang sama dengan besar arus yang meninggalkannya. Pada dasarnya hokum kedua menyatakan integral medan listrik disekeliling sosok, namun kita perlu menetapkan perjanjian tanda. Perjanjian ini dapat dirumuskan:
Q=Stto I (t) dt.
2.3 Hambatan Jenis
Hambatan merupakan sifat sasaran bahan yang bersangkutan, dan bergantung hanya pada sifat bahan penyussun maupun geometernya. Sebaliknya kehambatan hanya bergantung pada sifat bahan penghantar. Penghantar yang bentuknay mudah yang dicairkan terutam oleh hambatannya disebut penghambat atau resistor biasanya dilambangkan dengan. Penghambat dapat dihubungkan dengsan satu yang lain mermbentuk jaringan hambatan.
Hambatan seri R : R1 + R2
Hukum ini dapat dinyatakan sebagai :
1. Jumlah aljabar arus sesaat yang memasuki titik cabang adalah nol.
2. Jumlah aljabar tegangan terpasang sesaat dalam suatu sosok tertutup sama dengan jumlah aljabar tegangan balik sesaat dalam sosok tersebut.
Arti dari hukum yang pertama jelas jika arus yang menuju ketitik cabang disebut positif maka arus yang berlawanan arahnya harus disebut negative, dan hukum tersebut menyatakn bahwa besarnya arus yang memasuki titik cabang sama dengan besar arus yang meninggalkannya. Pada dasarnya hokum kedua menyatakan integral medan listrik disekeliling sosok, namun kita perlu menetapkan perjanjian tanda. Perjanjian ini dapat dirumuskan:
Q=Stto I (t) dt.
2.3 Hambatan Jenis
Hambatan merupakan sifat sasaran bahan yang bersangkutan, dan bergantung hanya pada sifat bahan penyussun maupun geometernya. Sebaliknya kehambatan hanya bergantung pada sifat bahan penghantar. Penghantar yang bentuknay mudah yang dicairkan terutam oleh hambatannya disebut penghambat atau resistor biasanya dilambangkan dengan. Penghambat dapat dihubungkan dengsan satu yang lain mermbentuk jaringan hambatan.
Hambatan seri R : R1 + R2
Hambatan
pararel 1/R : 1/R1 + 1/R2
2.4 Rangkaian Seri
R = R₁ + R₂ + ....Rn ∆V₁ = R₁ . I
V
= V₁ + V₁
+ ....Vn Jadi ∆V₂ = R₂
. I
I
= I₁ + I₁
+....In ∆V₃ = Rn . I
Dalam rangkaian seri, tahanan-tahanan tersebut dihubungkan sedemikian rupa seperti pada gambar sehingga arus I yang sama mengalir pada setiap tahanan. Pada rangkaian seri kuat arus (I) yang melalui masing-masing tahanan yang besar tegangan (V) berbanding terbalik dengan hambatan (R). Hal ini sesuai dengan hukum ohm.(Keith,1996)
Kebanyakan
rangkaian listrik tidaklah hanya terdiri dari beberapa sumber tegangan dan
resistor yang dihubungkan seri. Tiap muatan yang sama di R₁,
akan melalui R₂ dan R₃
juga hingga arus yang melalui R₁, R₂,
R₃ haruslah sama.(Fatt,
2003)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1
Alat Dan Bahan
1.
Batrai
2 buah
2.
Voltmeter
Batre 1 buah
3.
Kabel
penghubung secukupnya
4.
Voltmeter
1 buah
5.
Power
supply DC 1 buah
3.2 Cara Kerja
1.
Kabel
penghubung dipasang ke volt meter
2.
Kemudian
ambil batre kemudian dihubungkan ke kabel penghubung .
3.
Ujung-ujung
batre dihubung kan ke kabel penghubung ke voltmeter kemudian di hubungkan ke
power supply satu ketanda positif dan yang ujung satunya lagi ke tanda
negative.
4.
Kemudian
diambil data dan mengamati tegangan pada volt meter
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
No
|
Tegangan (V)
|
Kuat arus (A)
|
Hambatan (Ω)
|
1
|
1,5
|
0,05
|
30
|
2
|
3,105
|
0,05
|
62,1
|
3
|
4,5
|
0,05
|
90
|
4
|
6
|
0,05
|
120
|
5
|
7,5
|
0,05
|
150
|
4.1 Pembahasan
Pada percobaan
diatas, tegangan diketahui dengan menggunakan alat volt meter. Kuat arus dapat
diketahui dengan alat. Pada percobaa pertama, diketahui tegangannya adalah 1,5
V dan memiliki kuat arus 0,05 A.ini diukur pada satu buah baterai.
Dari grafik
diatas dapat disimpulkan semakin tinggi tegangan suatu batrai dengan diberi
arus yang sama maka diperoleh hambatan yang tinggi pula.
Dengan mempelajari hukum ohm kita
dapat mengetahui beda potensial yang ada pada suatu benda yang menghasilkan
arus. Dalam percobaan ini kita dapat mengetahui bahwa Jumlah kuat arus yang
masuk dalam titik percabangan sama dengan jumlah kuat arus yang keluar dari
titik percabangan.
BAB V
KESIMPULAN
1. Hubungan
antara tegangan arus dan hambatan ini disebut hukum Ohm.Ditemukan oleh George
Simon Ohm.
2. Arus
Searah yaitu arus listrik yang dihasilkan
oleh elemen Galvanis, Akkumulator, Generator searah, Batere,
Hambatan dapat dihitung dengan menggunakan hukum OHM.
3. Hambatan merupakan sifat sasaran bahan yang
bersangkutan, dan bergantung hanya pada sifat bahan penyussun maupun
geometernya.
DAFTAR PUSTAKA
-
Baylis,
D. Booth, G. McDuell, B. 2001. Science,
2nd Edition. London : Letts Educational
-
Fatt,
C.K. 2003. Science Adventure.
Singapore : Federal Publication.
-
Johnson,
Keith. 1996. Physics for you. Cheltenham
: Stanley Thornes.
PERHITUNGAN
Hambatan (R) = ; R = ; R= 30 Ω.
Jika diketahui tegangannya 3,105 V
dengan kuat arus 0,05 A, maka:
R = ; R = ; R=62,1Ω.
Jika tegangan adalah 4,5 V dan kuat
arus 0,05 A, maka:
R = ; R=; R= 90 Ω.
Diketahui tegangan adalah 4,5 V dan
kuat arus 0,05 A, maka:
R = ; R = ; R= 120 Ω.
Jika tegangan adalah 7,5V dan kuat arus 0,05 A, maka:
R = ; R = ; R= 150 Ω.
TUGAS
1. Buatlah
grafik hubungan antara tegangan ukur(V ukur ) dengan kuat arus
listrik untuk (I) untuk R lampu 220 V/ 5 W
Jawab:
R
lampu = V2/P
=(220)2/5W
=9680W
I
= V/R
= 220/9680W
=0,02 A
2. Pertanyaan
sama seperti No.1 tetapi R lampu 220V/15 W
Jawab :
R lampu = V2/P
=(220)2/15W
=3226W
I
= V/R
=
220/3226W
=0,068 A
3. Jelaskan
kemiringan Slope grafik tersebut.
Jawab:
Pada
grafik diatas dapat dilihat garis yang sejajar lurus pada kordinat x,y.Dimana x
sebagai Kuat Arus dan y sebagai Tegangan.Dapat disimpulkan bahwa Kuat arus (I)
berbanding lurus dengan Tegangan maka dapat dikatakan sebagai rangkaian paralel.
I = V
4. Berikan
alasan anda , apa fungsi lampu pada rangkaian tersebut.
Jawab:
Fungsi
lampu pada rangkaian diatas adalah sebagai
hambatan atau resistor.
PRETES
1. Jika diketeahui spesifikasi bola lampu adalah 220
V/25 W,maka tentukan besar beban lampu tersebut.
Jawab:
Diketeahui
V
= 220
P
= 25 W
Beban
= Hambatan
Maka
:
R lampu = V2/P
= (220)2/25W
= 1936W
2. Apa
guna kita mempelajari hukum Ohm dan dimana aplikasi dlam ilmu Teknik?
Jawab : Menghitung
muatan suatu rangkaian listrik dalam kehidupan sehari - hari.Sedangkan
aplikasinya dalam ilmu Teknik dapat dilihat ketika seorang lulusan teknik yang
bekerja pada pabrik mampu memahami, menggunakan serta mampu mengendalikan
perlatan-perlatan yang bermuatan atau menggunakan listrik sebagai prinsip
kerjanya.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Judul Praktikum : Jangka Sorong (Vernier Capiler)
1.2 Tanggal Praktikum : 05 Oktober 2012
1.3 Tujuan Percobaan : Dapat dan mahir menggunakan jangka sorong untuk mengukur diameter benda.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1 Pengertian
Jangka Sorong
Jangka sorong adalah alat ukur
yang ketelitiannya dapat mencapai seperseratus milimeter.
Terdiri dari dua bagian, bagian diam dan bagian bergerak. Pembacaan hasil
pengukuran sangat bergantung pada keahlian dan ketelitian pengguna maupun alat.
Sebagian keluaran terbaru sudah dilengkapi dengan display digital. Pada versi
analog, umumnya tingkat ketelitian adalah 0.05mm untuk jangka sorang dibawah
30cm dan 0.01 untuk yang di atas 30cm. Jangka sorong adalah suatu alat ukur
panjang yang dapat dipergunakan untuk mengukur panjang suatu benda dengan
ketelitian hingga 0,1 mm. keuntungan penggunaan jangka sorong adalah dapat
dipergunakan untuk mengukur diameter sebuah kelereng, diameter dalam sebuah
tabung atau cincin, maupun kedalam sebuah tabung (Kamajaya,2007)
Secara umum, jangka
sorong terdiri atas 2 bagian yaitu rahang tetap dan rahang geser. Jangka sorong
juga terdiri atas 2 bagian yaitu skala utama yang terdapat pada rahang tetap
dan skala nonius (vernier) yang terdapat pada rahang geser.Sepuluh skala utama
memiliki panjang 1 cm, dengan kata lain jarak 2 skala utama yang saling
berdekatan adalah 0,1 cm. Sedangkan sepuluh skala nonius memiliki panjang 0,9
cm, dengan kata lain jarak 2 skala nonius yang saling berdekatan adalah 0,09
cm. Jadi beda satu skala utama dengan satu skala nonius adalah 0,1 cm – 0,09 cm
= 0,01 cm atau 0,1 mm. Sehingga skala terkecil dari jangka sorong adalah 0,1 mm
atau 0,01 cm.
Ketelitian dari jangka sorong adalah setengah dari skala terkecil. Jadi ketelitian jangka sorong adalah : Dx = ½ x 0,01 cm = 0,005 cm.
Ketelitian dari jangka sorong adalah setengah dari skala terkecil. Jadi ketelitian jangka sorong adalah : Dx = ½ x 0,01 cm = 0,005 cm.
Dengan ketelitian 0,005
cm, maka jangka sorong dapat dipergunakan untuk mengukur diameter sebuah
kelereng atau cincin dengan lebih teliti (akurat). Untuk
mencapai suatu tujuan tertentu di dalam fisika, kita biasanya
melakukan pengamatan yang disertai dengan pengukuran. Pengamatan suatu
gejala secara umumtidak lengkap apabila tidak ada data yang didapat dari hasil
pengukuran. Lord Kelvin,seorang ahli fisika berkata, bila kita dapat mengukur
yang sedang kita bicarakan danmenyatakannya dengan angka-angka, berarti kita
mengetahui apa yang sedang kita bicarakan itu.
Pengukuran
merupakan penentuan besaran, dimensi/kapasitas, biasanya terhadap suatu standar atau satuan
pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik, tetapi juga
dapat diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan,
seperti tingkat ketidakpastian. Dalam mengukur panjang suatu benda, selain
memperhatikan ketelitian alat ukurnya, juga memperhatikan jenis dan macam benda
yang akan diukur. Begitu banyak alat ukur yang bisa digunakan untuk mengukur
benda. Untuk mengukur massa sebuah benda kita dapat menggunakan neraca atau
timbangan. Alat ukur waktu dapat berupa stopwatch, jam. Termometer merupakan
alat untuk mengukur suhu. Alat yang dipergunakan untuk mengukur kuat arus
listrik adalah amperemeter sedangkan volmeter merupakan alat untuk
mengukur beda potensial (tegangan listrik).
Untuk
pengukuran hambatan listrik biasa digunakan ohmmeter. Penggaris atau mistar
adalah salah satu alat ukur panjang yang paling sering digunakan pada kehidupan
sehari-hari. Selain penggaris, alat ukur yang digunakan untuk mengukur panjang
adalah jangka sorong dan mikrometer sekrup, namun mikrometer sekrup lebih
pantas digunakan untuk mengukur tebal sebuah benda. Dari ketiga alat ukur
tersebut, mikrometer sekrup lah yang memiliki tingkat ketelitian yang paling
tinggi yaitu 0,005 mm. Maka dari itu, mikrometer sekrup sangat cocok digunakan
sebagai alat untuk mengukur tebal benda.
Karena
mengukur merupakan kegiatan untuk membandingkan sesuatu dengan sesuatu lainnya
yang digunakan sebagai standar acuan dengan menggunakan alat ukur, maka hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan alat ukur adalah
1. Batas
ukur dan batas kerja alat, yaitu nilai minimum dan nilai maksimum yang dapat
diukur dengan alat itu. Sebelum menggunakan alat-alat, kita harus membaca
dahulu batas kerja alat itu
2. Ketelitian
alat (akurasi alat ukur), yaitu nilai terkecil yang dapat diukur dengan teliti
oleh alat tersebut.
3. Kesalahan
titik nol (zero error), yaitu penunujukan skala awal ketika alat belum digunakan.
4. Kesalahan
kalibrasi alat, yaitu kesalahan teknik pada pembuatan skala dari alat itu
sendiri.
5. Kesalahan
penglihatan (paralaks), yaitu kesalahan yang disebabkan oleh cara mengamati yang kurang tepat. Bisa saja karena
kedudukan mata pengamat tidak tepat.
Untuk
menghindarinya, maka kedudukan mata pengamat harus tegak lurus pada tanda yang
dibaca. Maka dari itu, alat ukur yang memiliki tingkat ketelitian yang tinggi
diantaranya jangka sorong dan mikrometer sekrup.
Apa yang Anda lakukan sewaktu
melakukan pengukuran? Misalnya anda mengukur panjang meja belajar dengan
menggunakan jengkal, dan mendapatkan bahwa panjang meja adalah 7 jengkal.
Dalam pengukuran di atas Anda telahmengambil jengkal sebagai satuan panjang.
Kenyataan dalam kehidupan sehari-hari, kita sering melakukan pengukuran
terhadap besaran tertentu menggunakan alat ukur yang telah ditetapkan. Misalnya, kita menggunakan mistar untuk mengukur
panjang. Pengukuran sebenarnya merupakan proses pembandingan nilai besaran
yang belum diketahui dengan nilai standar yang sudah ditetapkan .
Pengukuran panjang dapatdilakukan dengan menggunakan alat yang bervariasi
tingkat ketelitiannya misalnyadengan mistar, jangka sorong dan micrometer
skrup.
Ketelitian alat merupakanukuran
terkecil yang dapat diukur oleh alat tersebut dengan teliti.Semua angka yang
diperoleh dari hasil pengukuran yang terdiri dari angka pastidan tafsiran
disebut angka penting.
Untuk menentukan banyaknya angka
penting padasuatu hasil pengukuran harus mempertimbangkan aturan-aturan angka
penting yangterdiri dari :
1. Semua angka
bukan nol adalah angka penting
2.
Angka nol yang terletak diantara angka-angka bukan nol
termasuk angka penting
3. Angka nol di
sebelah kanan angka bukan nol termasuk angka pentingkecuali jika ada penjelasan lain
4. Angka nol yang terletak di sebelah kiri angka bukan angka nol bukanangka
penting
5. Pembulatan
keatas dilakukan untuk angka 5 atau lebih sedangkan angkakurang dari 5
dihilangkan
6. Hasil
perkalian dan pembagian mempunyai angka penting yang sama banyaknya dengan
bilangan yang memiliki angka penting paling sedikit
7. Hasil
perkalian angka decimal dengan angka eksak merupakan angkaeksak
8. Hasil
penambahan dan pengurangan merupakan angka dibelakang komayang paling sedikit.
(Ahmad
,2006)
Nonius
Banyak alat ukur dilengkapi dengan nonius. Alat bantu ini membuat alat ukur berkemampuan lebih besar, karena jarak antara dua garis skala bertetangga seolah-olah menjadi lebih kecil. Biasanya pembagiuan skala utama dan nonius adalah 9 - 10 bagian skala nonius.
Banyak alat ukur dilengkapi dengan nonius. Alat bantu ini membuat alat ukur berkemampuan lebih besar, karena jarak antara dua garis skala bertetangga seolah-olah menjadi lebih kecil. Biasanya pembagiuan skala utama dan nonius adalah 9 - 10 bagian skala nonius.
Selanjutnya
marilah kita lihat hasil pengukuran lain dengan alat bantu nonius tersebut
seperti yang ditunjukkan pad gambar. Skala 0 pada nonius tidak berimpit dengan
salah satu angka pada skala alat ukur, melainkan terletak antara kedudukan 8.4
dan 8.5.
Dalam
pengukuran ini kita yakin bahwa harga X yang diukur adalah lebih besar dari 8.4
tetapi lebih kecil dari 8.5. Berapakah harga X emnurut hasil pembacaan ini ?
Cobalah anda perhatikan Gambar 2 lebih teliti lagi. Ternyata salah satu garis
skala nonius yang berimpit dengan skala alat ukur yaitu skala ke-6 dari skala
nonius. Dalam keadaan pengukuran semacam ini menunjukkan bahwa harga X yang
diukur adalah 8.46.
Kegunaan jangka sorong
-
Untuk mengukur
suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit;
-
Untuk mengukur
sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang (pada pipa, maupun lainnya)
dengan cara diulur;
-
Untuk mengukur
kedalamanan celah/lubang pada suatu benda dengan cara
"menancapkan/menusukkan" bagian pengukur. Bagian pengukur tidak
terlihat pada gambar karena berada di sisi pemegang.
2.2 Mengukur
Diameter Luar
Cara mengukur diameter, lebar atau
ketebalan benda:Putarlah pengunci ke kiri, buka rahang, masukkan benda ke
rahang bawah jangka sorong, geser rahang agar rahang tepat pada benda, putar
pengunci ke kanan.
2.3 Mengukur
Diameter Dalam
Cara
mengukur diameter bagian dalam sebuah pipa atau tabung : Putarlah pengunci ke
kiri, masukkan rahang atas ke dalam benda , geser agar rahang tepat pada benda,
putar pengunci ke kanan.
2.4
Mengukur Kedalaman Benda
Cara
mengukur kedalaman benda : Putarlah pengunci ke kiri, buka rahang sorong hingga
ujung lancip menyentuh dasar tabung, putar pengunci ke kanan.
Cara pembacaan skala jangka sorong yaitu :
Mula-mula perhatikan skala nonius
yang berimpit dengan salah satu skala utama. Hitunglah berapa skala hingga ke
angka nol. Pada gambar, skala nonius yang berimpit dengan skala utama adalah 4
skala. Artinya angka tersebut 0,4 mm.
Selanjutnya perhatikan skala utama.
Pada skala utama, setelah angka nol mundur ke belakang menunjukkan angka 4.7
cm. Sehingga diameter yang diukur sama dengan 4,7 cm + 0,4 mm = 4,74 cm.(Budi,2007)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1
Alat Dan Bahan
1.
Jangka
sorong 4(empat) buah
2.
Pipa
plastik (PVC) kecil 1 buah
3.
Pipa
plastik (PVC) besar 1 buah
3.2
Cara
Kerja
A.
Pengukuran diameter luar
1.
Pipa diletakkan secara melintang
diantara rahang AB lalu roda R digeser sehingga benda tersebut tepat terjepit
diantara rahang tersebut.
2.
Angka skala pada skala utama yang berada
di sebelah kiri dari angka nol nonius dibaca. Setelah itu dilihat garis skala
nonius yang keberapa yang terhimpit dengan garis skala utama. Hasil penjumlahan
angka pada skala utama dengan angka nonius x 0,05 mm merupakan hasil pengukuran
tersebut.
B.
Pengukuran diameter dalam
1. Pipa
dimasukkan ke dalam rahang CD kemudian roda R digeser ke arah luar sehingga
kedua rahang itu tepat menyentuh sisi bagian dalam pipa.
2. Selanjutnya
dilakukan pembacaan pengukuran dengan cara yang sam seperti pada no. 2 di atas.
C.
Pengukuran tinggi
1. Pipa
diletakkan secara tegak di atas meja lalu roda R digeser ke arah luar sehingga
tangkai T kelihatan ke dalam pipa sehingga menyentuh meja dan pinggir jangka
sorong menyentuh bagian atas pipa.
2. Selanjutnya
dilakukan pembacaan pengukuran seperti pada no.2 A di atas.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
NO
|
Jenis
|
Diameter luar
|
Diameter dalam
|
Tinggi
|
Ketebalan
|
1.
|
Pipa PVC kecil
|
20,1 mm
|
10,8 mm
|
70,65 mm
|
0,5 mm
|
20,1 mm
|
10,8 mm
|
70,65 mm
|
0,5 mm
|
||
20,1 mm
|
10,8 mm
|
70,65mm
|
0,5 mm
|
||
2.
|
Pipa PVC besar
|
20,1 mm
|
10,8 mm
|
140,6 mm
|
0,5 mm
|
20,1 mm
|
10,8 mm
|
140,6 mm
|
0,5 mm
|
||
20,1 mm
|
10,8 mm
|
140,6 mm
|
0,5 mm
|
||
|
4.2 Pembahasan.
Pengukuran
menggunakan alat jangka sorong ini betujuan untuk membandingkan besaran atau
mendapatkan satuan yang dibutuhkan. Kesalahan
dapat terjadi dalam pengukuran menggunakan alat-alat pengukuran eksperimental.
Percobaan dilakukan pada pipa PVC
dengan mengukur diameter dalam, diameter luar, tinggi serta ketebalan.
Maka diperoleh skala utama yang
nantinya kami tambahkan dengan skala noniusnya. Pengukuran yang kami lakukan
dalam satuan milimeter.
Hasil yang kami peroleh cenderung
sama, kami menyimpulkan hasil yang
didapat sama dikarenakan keakuratan pada pengukuran yang kami lakukan,
Akan tetapi,
pengukuran juga dipengaruhi dari ketepatan pengukuran suatu alat, seperti
jangka sorong yang dipergunakan adalah 0,05 mm.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil dalam suatu pengukuran,
salah satunya ialah kesalahan pada pembacaan pada pengukuran. Dalam
percobaan ini pengukuran dilakukan dengan beberapa orang yang berbeda dan
dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali
BAB V
KESIMPULAN
1.
Pengukuran
mengunakan jangka sorong memiliki ketelitian 0,5mm.
2.
Keakuratan
hasil pada pengukuran cenderung melebatkan pula ketelitian dalam mengamati
skala pada alat ukur yang salah satunya adalah jangka sorong.
DAFTAR PUSTAKA
1. Jaelani,
ahmad,dkk. 2006.Fisika untuk SMA/MA.Bandung:Rama
widya.
2. Kanginan,Marthen.2007.Fisika untuk SMA kela X.Cimahi :Erlangga.
3. Purwanto,Budi.
2007 .Sains Fisika l Konsep dan
Penerapannya .Solo : Tiga Serangkai.
TUGAS
1. Jika
diketahui jumlah garis nonius 10 dan jaraknya 9 mm,hitunglah berapakah
ketelitian dari jangka sorong tersebut?
Jawaban:
Dik:
skala nonius=10
Jarak=9
=
=
0,05
semoga bermanfaat .. salam G
BalasHapusterima kasih,,
BalasHapuskembali happy join's
Hapusnice (y)
BalasHapusthank's ,Welcome to my blog ,,,
HapusKasih abstraknya dong..
BalasHapusTerima kasih
BalasHapusTERIMAKASIH MIN
BalasHapus