Lampiran 1. Halaman judul
proposal penelitian
PENURUNAN KADAR ALUMINIUM DALAM AIR DENGAN
MENGGUNAKAN ADSORBEN BENTONIT
MENGGUNAKAN ADSORBEN BENTONIT
PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari
syarat-syarat yang diperlukan untuk
memperoleh Ijazah Sarjana
Disusun Oleh :
NAMA : HAYATI PUTRI MELATIGINTING
NIM : 110140008
JURUSAN : TEKNIK KIMIA
JURUSAN
TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS
MALIKUSSALEH
ACEH
UTARA
2013
Lampiran 1. Halaman
pengesahan proposal penelitian
Proposal
Penelitian
PENURUNAN
KADAR ALUMINIUM DALAM AIR DENGAN
MENGGUNAKAN ADSORBEN BENTONIT
MENGGUNAKAN ADSORBEN BENTONIT
yang diajukan oleh :
Hayati Putri Melatiginting 110140008
Telah disetujui
oleh :
Pembimbing I
Ir. Zainuddin Ginting ,MT tanggal
.........................................
NIP
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang mans atas Rahmat dan Karunia —Nya penyusun dapat menyelesaikan proposal ini dengan judul "Penurunan Kadar Aluminium Dalam Air Dengan Menggunakan adsorben Bentonit" ini dengan baik.
Proposal penelitian ini merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Strata I di Jurusan Teknik Kimia Univeristas Malikussaleh Lhokseumawe.
Dalam penyusunan proposal ini, penulis banyak mendapat bimbingan, arahan dan bantuan dari semua pihak, maka dalam hat ini penulis ucapkan banyak terima kasih kepada :
Dalam penyusunan proposal ini, penulis banyak mendapat bimbingan, arahan dan bantuan dari semua pihak, maka dalam hat ini penulis ucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua yang telah memberi motivasi dan
dukungan selama proses penyusunan proposal penelitian.
2. Bapak Nasrul ZA ST, MT, selaku Ketua Jurusan
Teknik Kimia
3. Bapak Ir. Zainuddin
Ginting , MT, selaku Dosen pembimbing tugas akhir proposal penelitian
4. Seluruh Staf pengajar di Jurusan Teknik Kimia.
5. Seluruh rekan — rekan Mahasiswa di Jurusan Teknik Kimia yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam
menyelesaikan proposal ini.
Penulis menyadari bahwa proposal masih banyak mendapatkan kekurangan, sehingga
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya
membangun untuk kesempurnaan proposal
ini.sehingga proposal ini
dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi pembaca umumnya.
Lhokseumawe, Januari 2014
Hayati Putri Melati Ginting
110140008
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL PROPOSAL PENELITIAN i
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN ii
KATA PENGANTAR iii
ABSTRAK iv
DAFTAR ISI v
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penelitian 2
1.4 Manfaat Penelitian 2
1.5 Batasan Masalah
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
2 .1 Aluminium (Al) 3
2.2 Adsorbsi 4
2.2.1 Faktor – faktor yang mempengaruhi adsorbsi 4
2.3 Bentonit 5
2.3.1 Pengembangan Bentonit 6
2.3.1 Aktivasi Bentonit 7
BAB III METODE PENELITIAN 8
3.1 Pelaksanaan penelitian 8
3.2 Bahan dan Alat 8
3.2.1 Alat yang digunakan 8
3.2.2 Bahan – bahan yang digunakan 8
3.3 Variabel Proses 8
3.3.1 Variabel Tetap 9
3.3.1 Variabel Bebas 9
3.3.1 Variabel Terikat 9
3.4 Prosedur
Kerja
9
3.4.1 Tahapan Penelitian 9
DAFTAR PUSTAKA 11
ABSTRAK
Kontaminasi logam berat dalam air sering terjadi di sekitar perindustrian, dampak negatif yang terjadi terutama terhadap lingkungan aquatik/perairan dan memililiki sifat toksisitas (racun) pada mahluk hidup. Oleh karena itu konsentrasi logam berat dalam air harus di disisihkan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan metode adsorbsi. Pada penelitian ini dikaji penyisihan ion logam Al dengan menggunakan tanah lempung jenis Bentonit sebagai adsorben. Pada penelitian ini Bentonit akan digunakan sebagai adsorben untuk mengasorbsi logam Al dalam larutan (Al2SO4)3¬ dengan konsentrasi 2, 4, 6 dan 8 ppm dan waktu kontak 1, 2 dan 3 jam. Dari hasil penelitian didapatkan persen penyisihan paling besar yaitu 99,86 persen pada konsentrasi awal larutan Al2(SO4)3 4 ppm dan waktu kontak 3 jam.
Kata Kunci: adsorben, aluminium, bentonit, logam berat, dan toksisitas.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Air limbah yang
dibuang kedalam air, seperti sungai umumnya membawa pengaruh yang buruk
terhadap lingkungan, baik organisme air maupun manusia yang ada di sekitarnya,
apalagi jika limbah tersebut mengandung logam berat seperti Hg, Zn, Cu, Fe dan
salah satunya aluminium (Al). Aluminium dalam air memiliki batas yang diizinkan
oleh Depkes RI untuk bahan baku mutu air sebesar (0.2 mg/l) yang layak
digunakan. Aluminium banyak dijumpai pada air limbah industri peleburan logam
dan elektroplating. Penyebab terjadinya pencemaran logam berat pada perairan
biasanya berasal dari masukan air yang terkontaminasi oleh limbah buangan
industri dan pertambangan. Lebih jauh lagi logam berat ini akan bertindak
sebagai penyebab, mutagen, teratogen dan karsinogen bagi manusia, jalur
masuknya adalah melalui kulit, pernafasan dan pencernaan. Jika melewati batas
tersebut akan mengakibatkan terjadinya pencemaran air. Oleh sebab itu air yang
mengandung logam berat seperti aluminium (Al) harus diolah terlebih dahulu.
Salah satu alternatif pengolahan tersebut adalah dengan cara adsorpsi dengan
menggunakan Bentonit.
Di daerah Aceh
Bentonit dikenal sebagai tanah napai, biasanya digunakan untuk menghilangkan rasa
pahit pada daun papaya dan untuk menghilangkan rasa mual. Dalam penjernihan
minyak sawit Bentonit juga digunakan sebagai tanah pemucat (Bleaching Earth).
Keberadaan Bentonit sebagai hasil alam Daerah Aceh Utara cukup besar.
Penggunaannya sebagai adsorben akan mengoptimalkan fungsi dari Bentonit.
1.2 Perumusan Masalah
Pengolahan
air limbah dengan cara adsorpsi sudah banyak dilakukan. tetapi umumnya adsorben
yang digunakan untuk menyisihkan logam berat adalah dengan menggunakan karbon
aktif. Pada penelitian ini dikaji penyisihan ion Aluminium dalam air dengan
menggunakan adsorben tanah lempung jenis Bentonit. Apakah variasi waktu kontak
dan konsentrasi awal Aluminium selama proses adsorpsi sangat berpengaruh
terhadap penyisihan ion Aluminium.? melalui penilitian ini akan diteliti daya
serap Bentonit terhadap ion aluminium dalam air.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari
penelitian ini adalah memanfaatkan Bentonit sebagai penyerap (adsorben) untuk
menurunkan kadar aluminium dalam air.
1.4 Manfaat Penelitian
a.
Dapat menyisihkan ion aluminium dari badan
air.
b.
Dapat memanfaatkan Bentonit sebagai adsorben
pada adsorpsi ion aluminium.
1.5 Batasan Masalah
Dalam
penelitian ini dilakukan pembatasan penelitian, dengan ruang lingkup sebagai
berikut:
a.
Bahan yang digunakan adalah
bentonit yang digunakan sebagai adsorben
dan dan air (H20) sebagai sample.
b.
Mengoptimasikan beberapa variabel
c.
Mengetahui kadar aluminium yang terkandung
dalam sample air (H20)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Aluminium (Al)
Aluminium adalah
logam paling berlimpa atau konduktor listrik yang baik, terang dan kuat.
Aluminium Merupakan konduktor yang baik dapat ditempa menjadi lembaran atau
ditarik menjadi kawat. Tahan korosi, Lambang aluminium ialah Al, dan nomor
atomnya 13. Aluminium bereaksi dengan oksigen membentuk aluminium oksida, yang
tebentuk sebagai lapisan tipis yang dengan cepat menutupi permukaan aluminium.
Lapisan ini melindungi logam aluminium dari oksidasi lebih lanjut. Ketebalan
lapisan ini dapat ditingkatkan melalui proses anodisasi. Beberapa alloy
(panduan logam), seperti perunggu, aluminium, memanfaatkan sifat ini dengan
menambahkan aluminium pada alloy untuk meningkatkan ketahana terhadap korosi.
Aluminium terdapat
melimpah dalam kulit bumi, yaitu sekitar 7,6 %. Dengan kelimpahan sebesar itu,
aluminium merupakan unsur ketiga terbanyak setelah oksigen dan silikon, serta
merupakan unsur logam yang paling melimpah. Namun, Aluminium tetap merupakan
logam yang mahal karena pengolahannya sukar, Penggunaan aluminium antara lain:
a.
Sektor industri otomotif, untuk
membuat bak truk dan komponen kendaraan bermoto
b.
Untuk membuat badan pesawat
terbang.
c.
Sektor pembangunan
perumahan;untuk kusen pintu dan jendela.
d.
Sektor industri makanan ,untuk
kemasan berbagai jenis produk.
e.
Sektor lain, misal untuk kabel
listrik, perabotan rumah tangga dan barang kerajinan.
Umumnya aluminium
digunakan dalam banyak hal. Kebanyakan darinya digunakan dalam kabel
bertegangan tinggi. Juga secara luas digunakan dalam bingkai jendela dan badan
pesawat terbang. Ditemukan di rumah sebagai panci, botol minuman ringan, tutup
botol susu dsb. Aluminium juga digunakan untuk melapisi lampu mobil dan compact
disks. Dan aluminium Sulfat adalah bahan kimia dengan komponen utama Al2(SO4)3
. x H2O, berbentuk padatan atau cairan yang larut dalam air, dan sering
digunakan untuk industri atau kebutuhan lainnya terutama dalam proses
pengolahan air dan limbah. Sifat utama dari aluminium sulfat adalah mudah larut
dalam air, dan tidak berbau.
2.2. Adsorpsi
Adsorpsi merupakan
peristiwa penyerapan pada lapisan permukaan atau antar fasa, dimana molekul
dari suatu materi terkumpul pada bahan pengadsorpsi atau adsorben. Ditinjau
dari bahan yang teradsorpsi dan bahan pengadsorben adalah dua fasa yang
berbeda, oleb sebab itu dalam peristiwa adsorpsi, meteri teradsorpsi akan
terkumpul antar muka kedua fasa tersebut.
Pada adsorpsi fisika
terjadi proses cepat dan setimbang (reveraibel) sedangkan adsorpsi kimia
berlangsung lambat tetapi ireversibel. Perbedaan antara adsorpsi kimia dengan
adsorpsi fisika kadang-kadang tidak jelas dan banyak prinsip-prinsip adsorpsi
fisika berlaku juga pada adsorpsi kimia.
Jerapan adalah suatu proses dimana suatu partikel "menempel" pada suatu permukaan akibat dari adanya "perbedaan" muatan lemah diantara kedua benda (gaya Van Der Waals), sehingga akhirnya akan terbentuk suatu lapisan tipis partikel-pertikel halus pada permukaan tersebut. Permukaan karbon yang mampu menarik molekul organik misalnya merupakan salah satu contoh mekanisme jerapan, begitu juga yang terjadi pada antar muka air-udara, yaitu mekanisme yang terjadi pada suatu protein skimmer.
Jerapan adalah suatu proses dimana suatu partikel "menempel" pada suatu permukaan akibat dari adanya "perbedaan" muatan lemah diantara kedua benda (gaya Van Der Waals), sehingga akhirnya akan terbentuk suatu lapisan tipis partikel-pertikel halus pada permukaan tersebut. Permukaan karbon yang mampu menarik molekul organik misalnya merupakan salah satu contoh mekanisme jerapan, begitu juga yang terjadi pada antar muka air-udara, yaitu mekanisme yang terjadi pada suatu protein skimmer.
2.2.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi adsorpsi
Ada
beberapa factor yang mempengaruhi kemampuan adsorpsi suatu adsorben diantaranya
adalah senagai berikut:
a.
Luas Permukaan Adsorben
Semakin luas
permukaan adsorben, semakin banyak asorbat yang diserap,sehingga proses adsorpsi dapat
semakin efektif. Semaki kecil ukuran
diameter partikel maka semakin luas permukaan adsorben.
b.
Waktu Kontak
Semakin lama waktu kontak dapat memungkinkan proses
difusi dan penempelan molekul adsorbat berlangsung lebih baik.
2.3. Bentonit
Bentonit merupakan
salah satu jenis mineral lempung yang terdiri dari 85%mineral monmorilonit.
Monmorilonit termasuk dalam kelompok mineral lempung kelompok smektit sub
kelompok dioktahedral. Penentuan karakteristik bentonit pada daerah penelitian
dilakukan dengan berbagai metode, yaitu pengamatan megaskopis, analisis
difraksi sinar X, analisis petrografi, analisis kimia oksida, analisisis daya
kembang dan analisis daya menjernihkan minyak.
Bentonit pada daerah
penelitian terdapat sebagai sisipan pada satuan breksi andesit yang merupakan
ubahan dari tuf yang menyisip pada breksi tersebut. Perubahan tuf menjadi
bentonit tersebut diakibatkan oleh proses hidrotermal pada lingkungan laut
Bentonit pada daerah penelitian dapat digunakan sebagai bahan dalam industri
minyak nabati, industri mesin, industri kosmetika, tetapi memerlukan analisis
lebih lanjut.
Bentonit dapat dibagi
menjadi 2 golongan berdasarkan kandungan alu-munium silikat hydrous, yaitu
activated clay dan fuller's Earth. Activated clay adalah lempung yang kurang
memiliki daya pemucat, tetapi daya pemucatnya dapat ditingkatkan melalui
pengolahan tertentu. Sementara itu, fuller's earth digunakan di dalam fulling
atau pembersih bahan wool dari lemak. Sedangkan berdasarkan tipenya, bentonit
dibagi menjadi dua, yaitu :
a.
Tipe Wyoming (Na-bentonit –
Swelling bentonite)
Na bentonit memiliki
daya mengembang hingga delapan kali apabila dicelupkan ke dalam air, dan tetap
terdispersi beberapa waktu di dalam air. Dalam keadaan kering berwarna putih
atau cream, pada keadaan basah dan terkena sinar matahari akan berwarna
mengkilap. Perbandingan soda dan kapur tinggi, suspensi koloidal mempunyai pH:
8,5-9,8, tidak dapat diaktifkan, posisi pertukaran diduduki oleh ion-ion sodium
(Na+).
b. Mg, (Ca-bentonit – non
swelling bentonite)
Tipe bentonit ini
kurang mengembang apabila dicelupkan ke dalam air, dan tetap terdispersi di
dalam air, tetapi secara alami atau setelah diaktifkan mempunyai sifat
menghisap yang baik. Perbandingan kandungan Na dan Ca rendah, suspensi koloidal
memiliki pH: 4-7. Posisi pertukaran ion lebih banyak diduduki oleh ion-ion
kalsium dan magnesium. Dalam keadaan kering bersifat rapid slaking, berwarna
abu-abu, biru, kuning, merah dan coklat. Penggunaan bentonit dalam proses
pemurnian minyak goreng perlu aktivasi terlebih dahulu.
Endapan bentonit Indonesia tersebar di Pulau Jawa, Pulau Sumatera, sebagian P. Kalimantan dan P. Sulawesi, dengan cadangan diperkirakan lebih dari 380 juta ton, serta pada umumnya terdiri dari jenis kalsium (Ca-bentonit), beberapa lokasi yang sudah dan sedang dieksploitasi, yaitu di Tasikmalaya, Leuwiliang, Nanggulan, dan lain-lain. Indikasi endapan Na-bentonit terdapat di Pangkalan Brandan; Sorolangun-Bangko; Boyolali.
Endapan bentonit Indonesia tersebar di Pulau Jawa, Pulau Sumatera, sebagian P. Kalimantan dan P. Sulawesi, dengan cadangan diperkirakan lebih dari 380 juta ton, serta pada umumnya terdiri dari jenis kalsium (Ca-bentonit), beberapa lokasi yang sudah dan sedang dieksploitasi, yaitu di Tasikmalaya, Leuwiliang, Nanggulan, dan lain-lain. Indikasi endapan Na-bentonit terdapat di Pangkalan Brandan; Sorolangun-Bangko; Boyolali.
Dengan penambahan zat
kimia pada kondisi tertentu, Ca-bentonit dapat dimanfaatkan sebagai bahan
lumpur bor setelah melalui pertukaran ion, sehingga terjadi perubahan menjadi
Na-bentonit dan diharapkan terjadi peningkatan sifat reologi dari suspensi
mineral tersebut Agar mencapai persyaratan sebagai bahan lumpur sesuai dengan
spesifikasi standar, perlu ada penambahan polimer. Hal itu dapat dilakukan
melalui aktivasi bentonit untuk bahan lumpur bor.
2.3.1 Pengembangan Bentonit
Bentonit mempunyai
sifat mengadsorpsi karena ukuran partikel koloidnya sangat kecil dan memiliki
kapasitas permukaan ion yang tinggi. Pengembangan bentonit disebabkan oleh
adanya penggantian isomorphous pada lapisan oktohedral (Mg oleh Al) dalam
menghadapi kelebihan muatan di ujung kisi-kisinya. Adanya gaya elektrostatis
yang mengikat kristal pada jarak 4,5 A dari permukaan cukup kuat untuk
mempertahankan unit-unitnya, dan akan tetap terjaga unit itu untuk tidak saling
merapat. Pada pencampuran dengan air, adanya pengembangan membuat jarak antara
setiap unit makin melebar dan lapisannya menjadi bentuk serpihan, serta
mempunyai permukaan luas jika dalam zat pengsuspensi.
2.3.2 Aktivasi Bentonit
Aktivasi bentonit dilakukan untuk
menaikkan kapasitas adsorpsi dan mendapatkan sifat bentonit yang diinginkan.
Dalam keadaan awal, bentonit memiliki kemampuan adsorpsi yang rendah tetapi
melalui aktivasi (penambahan asam dan pemanasan), daya adsorpsinya akan
meningkat. Dalam hal ini, montmorillonit mempunyai struktur bertingkat dan
kapasitas pertukaran ion yang aktif di bagian dasar. Oleh karena itu,
strukturnya dapat diganti seperti struktur bagian dasar dengan cara penambahan
asam. Asam tersebut akan menyebabkan penggantian ion-ion K+, N+ dan Ca+ dengan
H+ dalam ruang interlamelar, serta akan melepaskan ion-ion Al+3, Fe+3 dan Mg+2
dari kisi strukturnya sehingga menjadikan lempung lebih aktif. Aktivasi
bentonit dipengaruhi oleh konsentrasi asam, biasanya dipakai asam sulfat.
Selain itu, perlu diperhatikan sifat dasar, distribusi ukuran pori, keasaman
dan nilai SiO2, atau Al2O3 dalam bentonit. Faktor-faktor tersebut bergantung
juga kapada komposisi mineral lempung bleaching earth serta metoda aktivasinya.
BAB III
METODE PENELITIAN
METODE PENELITIAN
3.1 Pelaksanaan penelitian
Penelitian dilakukan mulai November sampai
dengan Desember 2015 dilaboratoriom Teknik Kimia Universitas Maalikussaleh.
3.2 Bahan
dan Alat
3.2.1 Alat
yang digunakan :
1.
Crusher
2.
Ayakan 100 mesh
3.
Open
4.
Erlemeyer 250 ml
5.
Labu Ukur 1000 Ml
6.
Gelas Kimia 600 ml
7.
Corong Pisah
8.
Saring
9.
Pipet ukur 25 ml
10.
Gelas Ukur 50 ml
11.
Spectrofotometer
12.
Kuvet.
3.2.2 Bahan-baghan yang digunakan
1.
Al2(SO4)3
2.
Bentonit
3.
Aquadest
4.
Ascorbic Acid Powder Pillow
5.
Aluver 3 aluminium Reagent
Powder Pillow
6.
Bleaching 3 Reagent Powder
Pillow.
3.3 Variabel proses
Adapun variabel percobaan yng dipergunakan
pada penelitian ini adalah :
3.3.1 Variable Tetap
1.
Massa bentonit 10 gr
2.
Volume sampel / solute 100 ml
3.
Ukuran bentonit 100 mesh
4.
Temperatur oven 105 ºC
3.3.2 Varibel Bebas
1.
Waktu kontak 1, 2 dan 3 jam
2.
Konsentrasi awal larutan 2, 4,
6 dan 8 ppm
3.3.3 Variabel Terikat
1.
Konsentrasi ion aluminium
setelah proses adsorpsi.
3.4. Prosedur Kerja
Penelitian ini dilakukan dengan
beberapa proses yaitu meliputi tahap operasi dan analisa produk.
3.4.1 Tahapan penelitian
Penelitian
ini menggunakan bentonit sebagai
adsorben untuk penyerapan aluminium dalam air sebagai berikut :
a.
Persiapan adsorben
1.
Bentonit dilakukan pengecilan
ukuran dan diayak pada saringan 100 mesh.
2.
Kemudian Bentonit ini dikeringkan dalam oven
pada temperatur 105ºC untuk menghilangkan kadar air.
3.
Bentonit siap digunakan sebagai
adsorben.
b.
Persiapan larutan stok
Al2(SO4)3 10 ppm
1.
Ditimbang Al2(SO4)3 sebanyak
126.7 mg.
2.
Dimasukkan kedalam labu ukur 1L.
3.
Kemudian ditambahkan aquades
sampai tanda batas
c. Tahap Proses Adsorpsi
1.
Ditimbang masing-masing 10 gr
Bentonit
2.
Masukkan kedalam erlemeyer
ukuran 250 ml
3.
Tambahkan larutan sampel
sebanyak 100 ml untuk masing-masing konsentrasi
4.
Diamkan selama variasi waktu
5.
Kemudian disaring, dengan
filtratnya dianalisa konsentrasi ion aluminium dengan alat Spectrofotometer
d. Prosedur kerja alat Spectrofotometer
1.
Hidupkan alat spectrophotometer
2.
Tunggu sampai alat ready muncul
MAIN MENU (LID coper jangan dibuka)
3.
Pada MAIN MENU pilih “Strored
Programs”
4.
Pilih metode analisa yang
diperlukan
5.
Tekan “Start” tunggu 15 menit
6.
Masukkan sampel kedalam gelas
ukur sebanyak 50 ml
7.
Kemudian tambahkan satu paket
Ascorbic Acid Powder Pillow
8.
Kemudian tambahkan satu paket
Aluver 3 aluminium Reagent Powder
9.
Pillow dan aduk sampai merata
10.
Isi ke dalam 2 cufet sebanyak 25 ml sampel
(tandai), tandai untuk Blank
11.
Kemudian tambahkan satu paket
Bleaching 3 Reagent Powder Pillow ke dalam Blank, kocok hingga merata
12.
Masukkan Blank ke alat
Spectrofotometer, tekan ZERO akan 0.000
13.
Kemudian ganti Blank dengan
sampel tekan “READ” tunggu sampai konsentrasi terbaca
14.
Alat ini akan mengukur langsung
konsentrasi dalam mg/l ion aluminium.
DAFTAR
PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Aluminium (diakses tanggal 21 Maret
2009)
http://en.wikipedia.org/wiki/Bentonite (diakses tanggal 21 Februari 2009)
http://en.wikipedia.org/wiki/adsorpsi (diakses tanggal 18 Februari 2009)
http://smk3ae.wordpress.com/2008/09/03/mengenal-secara-singkat-tentang luminium (diakses tanggal 8 juli 2009)
http://en.wikipedia.org/wiki/Bentonite (diakses tanggal 21 Februari 2009)
http://en.wikipedia.org/wiki/adsorpsi (diakses tanggal 18 Februari 2009)
http://smk3ae.wordpress.com/2008/09/03/mengenal-secara-singkat-tentang luminium (diakses tanggal 8 juli 2009)
Harjanto, S, Lempung, Zeolit, Dolomit dan Magnesit, Publikasi Khusus Direktorat Sumber Daya Meneral, 1987
Notodarmojo, Suprihanto, Pencemaran Tanah dan Air Tanah, Penerbit ITB, 2005.
Perdana Ginting. Ir, Mencegah dan Mengendalikan Pencemaran Industri, Penerbit Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. 1992
Situs Web Kimia Indonesia – Artikel - Bioremoval, Metode Alternatif Untuk Menanggulangi Pencemaran Logam Berat.htm (diakses tanggal 21 Februari 2009)
Sugiaharto, Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah, UI-Prees,1987
Tan, Kim H, Dasar-Dasar Kimia Tanah, Gadjah Mada University Press, Jogjakarta 1987