Kamis, 23 Mei 2013

BATUSCEN (Baterai ramah lingkungan dari kaktus centong)



Kebayang ga,, kalo si jelek ini...






bisa ngalahin sikeren ini...






 MALANG-Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) Malang berhasil menemukan baterai kaktus centong (Batuscen) yang diklaim sebagai baterai ramah lingkungan dan tahan lama dibandingkan dengan baterai yang ada di pasaran
Baterai yang mampu menghasilkan tegangan pada tiap sel mencapai 1.6 volt tersebut merupakan temuan tiga mahasiswa UB Malang yakni Riska Amalia, Susilowati, dan Windy Antika.
Menurut Riska Amalia gagasan dari pembuatan Batuscen tersebut terinspirasi dari banyaknya kaktus centong yang tumbuh di tempat tinggalnya Magetan Jawa Timur namun tidak pernah dimanfaatkan.
“Sementara baterai yang beredar di masyarakat selama ini terbuat dari bahan kimia yang limbahnya dapat mencemari lingkungan,” kata Riska dalam rilis yang dikirim Humas UB Malang, Rabu (1/5/2013).
Karena terbuat dari tumbuhan limbah Batuscen tidak mencemari lingkungan.  Selain itu Batuscen juga tahan lama. Jika baterai 1,5-3 volt di pasaran bisa tahan dua hari untuk lampu yang menyala secara terus menerus, Batuscen bisa bertahan hingga tiga bulan.
Menurut dia Batuscen dibuat dengan memarut kaktus centong hingga menjadi partikel yang lebih kecil, kemudian dimasukkan ke wadah aki bekas motor.
“Katoda Batuscen dibuat dari tembaga sementara anodanya dari seng dan ditancapkan ke masing-masing sel aki yang telah diisi parutan kaktus centong,” jelasnya.
Dengan memakai rangkaian seri untuk setiap selnya, dua buah aki Batuscen diparalelkan. Untuk dua aki Batuscen dapat menghasilkan tegangan listrik hingga 19,2 volt.
Tegangan tersebut setara dengan tegangan untuk menyalakan 25 lampu LED, 1 jam digital, 1 kalkulator digital, dan 1 jam dinding.
Untuk membuat 2 Batuscen membutuhkan sekitar 12 kaktus centong. Dalam pengerjaan tersebut ketiga ahasiswa tersebut saling berbagi meneliti kandungan dan potensi aliran listrik dalam kaktus.
Termasuk merekapitulasi data hasil penelitian seperti data tegangan, populasi, sampel, dan variabelnya. Juga menentukan jenis rangkaian listrik dan membuat prototype Batuscen.
“Pemilihan kaktus centong kami dasarkan pada penelitian terdahulu yang
membandingkan kaktus centong dengan kaktus hias dan kaktus bintang,” ujar dia.
Dibanding kedua varian kaktus tersebut kaktus centong menghasilkan voltase paling besar. Selain itu jika dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya yang terbuat dari kulit pisang dan blimbing, kaktus centong memiliki kandungan kation penghasil listrik yang paling tinggi.
Karena berbagai kelebihannya Batuscen telah mengantarkan Riska dan timnya meraih juara II dalam Innovative Material Engineering Competition (IMEC) atau kompetisi di bidang inovasi penemuan sumber energi baru yang
digelar di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, 28 April lalu. (wd) (foto: Humas UB)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar